Mandataris kehidupan

Sesuatu yang ada pada dirimu itulah kendaraanmu. Ia telah menjelma menjadi kekuatan mencipta,berkarya,berprestasi,atau berkreasi. Kita menyebutnya sebagai gabungan antara kompetensi,kecekatan,dan perilaku.

Driver adalah sebuah sikap hidup yang membedakan dirinya dengan "passenger". Anda tinggal memilih, ingin duduk manis,menjadi penumpang di belakang,atau mengambil risiko sebagai driver di depan?
Seorang driver tidak cukup hanya bermodalkan tekad dan semangat, ia butuh referensi dari pengetahuan akademis.

Saya berpikir, selama saya sekolah pastilah bukan hanya ilmu buku yang saya dapatkan. Saya memilih untuk melakukan perubahan.

Saya suka tertegun melihat teman-teman kuliah yang dulu dikenal sebagai anak yang kritis dan pandai bicara, kini menjadi gagap dan sangat berhati-hati setelah berkarier cukup lama di birokrasi atau bank sentral. Padahal jabatan mereka sudah tinggi, gaji sudah bagus.

Inilah persoalan terbesar dalam generation gap yang dihadapi bangsa yang membiarkan anak-anak mudanya lahir, dibesarkan, dididik, dan dilatih bekerja sebagai passenger.

Ketika diberi gadget, orangtua selalu mencari button-nya, dan sebelum menanganinya, memulainya dengan bertanya. Sementara anak muda langsung mengutak-atiknya.

Padahal karier kita adalah tanggung jawab kita, dan mereka yang mengambil inisiatif untuk berganti kuadran di usia 40-50-an adalah sama dengan belajar kembali.

Kita hidup di era demokrasi, sehingga semua pengisian posisi ditentukan oleh pilihan rakyat, bukan perintah komanda.

Pilihan yang dipaksakan bisa berujung kegalauan, sedangkan pilihan yang sukarela berujung pada kesadaran untuk keluar dari zona nyaman.

Sebab, bagi seorang passenger yang kariernya sudah tak berkembang lagi, kalau diikuti dengan ketidakpuasaan terus menerus, besar kemungkinan menjadi toxic employee, bad passenger- alias pengawai yang tersakiti sekaligus "sakit" dan menyulitkan orang lain.

Salah satu persoalan berat yang dihadapi bangsa ini dalam menghadapi perubahan adalah rendahnya kemampuan kita untuk keluar dari comfort zone.

No comments:

Post a Comment